Blogroll

Senin, 25 April 2011

Aiki no Kokoro (Jiwa dari Aiki) Bagian 2


Menyatu dengan lawan dapat digambarkan seperti dua sisi mata uang logam, meskipun berbeda dan bertolak belakang namun tidak mungkin ada satu sisi tanpa sisi lainnya dan tidak dapat dipisahkan. Setelah kita melebur dengan ki lawan, selanjutnya anda memelihara hubungan (koneksitas) yang harmonis dengannya setiap saat melalui sensitifitas, anda dapat mengikat ki lawan anda dalam gerakan yang anda lakukan, seakan menjadi dua kutub magnet yang saling melekat. Bila ki telah menjadi milik anda, maka anda dapat menggerakkan tubuh lawan seperti menggerakkan tubuh anda sendiri. Pada kondisi seperti ini, anda tidak merasakan lagi kekuatan atau berat tubuh lawan anda. Kedua hal tersebut seperti menghilang begitu saja, pada saat anda memulai kontak pertama dengan lawan. Hal ini yang disebut dengan ki no musubi

Ki musubi akan melahirkan kemampuan untuk mengalirkan ki lawan dengan gerakan selaras, yang disebut ki no nagare. Dapat diumpamakan sebagai aliran sungai, alur sungai tidak pernah memaksa aliran air untuk melewatinya, ia hanya menyediakan tempat termudah untuk dilalui oleh aliran air tersebut. Begitu pula air sungai tidak kuasa untuk keluar dari alur (tanah) yang telah terbentuk, sekalipun mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk menyapu bersih apa saja yang dilaluinya. Air sungai hanya dapat patuh mengikuti apa yang telah disediakan alam untuknya. Kekuatan sebesar apapun tidak akan mampu menentang hukum alam (the way of nature) yang telah Tuhan ciptakan.
O Sensei pernah berkata, siapapun yang memiliki hasrat menyerangku, akan kalah sebelum ia melakukan gerakan pertama. Karena sesungguhnya ia bukanlah menyerangku, tetapi menentang kekuatan keharmonisan alam semesta (universe). Seorang aikidoka harus mempunyai hati yang terbuka bebas dan selalu bersikap rendah hati, sehingga ki nya dapat menyatu dengan ki alam semesta yang diberikan oleh Sang Pencipta. Semua hal dan mahluk, baik spiritual maupun material, diseluruh alam semesta ini, memiliki satu ki yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Satu. Mereka merupakan satu kesatuan yang harmonis. Lihatlah alam yang ada di sekeliling kita yang begitu selaras dan indah. Perhatikan pula planet-planet yang berputar mengelilingi tata surya, serta milyaran bintang di galaksi. Mereka tidak pernah berbenturan satu sama lain. Mereka berotasi dan berevolusi dengan harmonis, sehingga membentuk energi yang sangat besar di alam semesta. Itu semua disebabkan oleh karena mereka menyerahkan diri mereka secara mutlak dan mematuhi hukum serta kehenda Sang Pencipta.
Penyerahan diri secara mutlak dalam situasi apapun terhadap Sang Sumber Kehidupan akan melahirkan energi kreatif yang tidak terbatas secara material dan spiritual. O Sensei menyebutnya sebagai takemusubi aiki yang merupakan pencapaian nilai spiritual tertinggi didalam aikido. Bahkan ketika menghadapi suatu serangan sekalipun, hati kita tidak terkait atau terikat dengang si penyerang, teptapi terikat erat dengan tali langit yang menghubungkan kuta pada Sang Pencipta. Tubuh material dan spiritual akan diliputi oleh energi aiki yang terpancar keseluruh arah dan meyatu dengan energi alam semesta. Siapa saja yang berusaha menyerang akan lebur secara harmonis didalamnya tanpa daya. Tubuh dan hati bergerak berdasarkan tuntunan langit, sehingga apapun yang anda lakukan akan menjadi teknik yang tak terbayangkan sebelumnya (kami waza). Ini adalah bentuk tanpa bentuk, teknik tanpa teknik dan anda tidak akan memahaminya sampai anda mengalaminya.
Jalan aiki adalah sebuah jalan keharmonisan yang berbasiskan pada cinta dan kasih sayang secara universal. Juga jalan untuk melingkupi semua mahluk ciptaan dan menjaganya dari kehancuran. Hal ini disebut ban yu ai go. Tambahan lagi, kemenangan sejati adalah kemenangan atas diri sendiri dan bukan atas diri orang lain (masakatsu agatsu). Semua hal diatas bukanlah teori atau kumpulan kata-kata indah belaka, tetapi sesuatu yang benar-benar nyata. Anda harus menempatkannya di hati yang terdalam dan mempraktekkannya melalui latihan, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan.

0 komentar: